Aliansi pemberontak mendadak menyerang Suriah dalam upaya menggulingkan Presiden Bashar al-Assad. Abu Mohammed al-Jawlani, pemimpin kelompok tersebut, menegaskan bahwa tujuan revolusi adalah menjatuhkan rezim yang berkuasa. Kelompok Hayat Tahrir-Al Sham (HTS), penentang Assad, kini menguasai Aleppo, kota terbesar kedua di Suriah. HTS, yang berasosiasi dengan al-Qaeda, telah mendapat label “organisasi teroris” oleh banyak negara.
Kemenangan HTS memperburuk situasi di Suriah dan mendorong negara-negara seperti Amerika Serikat dan Rusia mengeluarkan seruan kepada warganya untuk segera meninggalkan negara tersebut. Kedua negara menyampaikan peringatan akan ketidakpastian situasi keamanan yang tidak terprediksi karena bentrokan aktif antar kelompok bersenjata. Warga asing yang masih berada di Suriah disarankan meninggalkan negara itu melalui opsi penerbangan komersial yang masih tersedia dari Damaskus dan bandara lainnya.
Konflik ini tidak hanya menciptakan ketidakstabilan politik, tetapi juga menimbulkan dampak kemanusiaan dengan ribuan orang dipaksa mengungsi dari rumah mereka untuk mencari tempat yang lebih aman. Warga Suriah yang tersisa di daerah-daerah yang dilanda konflik kini harus berjuang menghadapi ketidakpastian dan kekurangan yang diakibatkan oleh krisis yang terus memburuk.