Wihaji, yang menjabat sebagai Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga serta Kepala BKKBN, menyempatkan diri untuk turun langsung ke sebuah desa di Bali guna memantau kondisi keluarga yang berisiko mengalami stunting. Kunjungan ini merupakan bagian dari implementasi program Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (Genting). Walaupun Bali dikenal memiliki kasus stunting terendah, Desa Suter di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, tetap menjadi fokus kunjungan. Hal ini disebabkan masih adanya beberapa balita yang berisiko stunting yang belum terpantau dengan baik.
Wihaji secara tegas menyatakan bahwa upaya penyelamatan satu anak merupakan bagian penting dari menyelamatkan generasi mendatang. Pada acara Kolaborasi Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting Bersama Mitra Kerja, dia menekankan pentingnya memastikan tidak ada satu pun balita atau ibu hamil yang berisiko stunting terlewatkan dari intervensi.
Keberhasilan Bali dalam menangani isu stunting tak lepas dari budaya gotong royong yang kuat. Dengan kerjasama yang baik antara masyarakat dan pemerintah, Bali termasuk Kabupaten Bangli berhasil menjadi yang terdepan dalam mengatasi masalah ini.
Dalam melaksanakan program Genting, Wihaji menerapkan konsep pentahelix, yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan untuk berkolaborasi dalam menangani stunting. Program Genting juga sejalan dengan Perpres 72/2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting, dengan target menyasar 1 juta anak asuh untuk dipantau dan dievaluasi secara berkelanjutan.
Kunjungan ini juga menyertakan interaksi langsung dengan dua keluarga yang berisiko stunting di desa tersebut, yaitu keluarga I Wayan Sariawan dan I Komang Budiarta, tempat mana pertemuan berlangsung dalam suasana kekeluargaan.
Pj. Gubernur Bali, SM Mahendra Jaya, memberikan apresiasi terhadap program Genting, dengan menyadari bahwa stunting tidak sekadar persoalan kesehatan namun juga bagian dari ketidakadilan sosial, di mana asupan gizi yang kurang dan pola asuh yang tidak tepat menjadi faktor pendorong.
Data terbaru dari Survei Kesehatan Indonesia (SKI) pada tahun 2023 menunjukkan prevalensi stunting di Bali berada pada angka 7,2%, menurun dibandingkan tahun sebelumnya, dan menjadikannya provinsi dengan tingkat stunting terendah di Indonesia. Karenanya, Pemprov Bali telah menetapkan anggaran khusus untuk intervensi sebanyak 166 desa di seluruh kabupaten/kota di Bali.
Dalam upayanya mendukung gerakan pencegahan stunting dan kemiskinan, Pemprov Bali juga membangun sistem informasi terintegrasi Sigenting yang bertujuan mendata, mengukur, memantau, mengevaluasi, serta melakukan intervensi terhadap keluarga yang berisiko. Sistem ini mengandalkan data terintegrasi lintas sektor untuk memastikan tidak ada keluarga terlewat dari program yang ada.